Surah Al-Ma’un. Memang surat pendek ini penuh makna dan memposisikan kaum teraniaya, tidak berdaya (dari segi harta) untuk mendapatkan tempat dan perhatian yang sungguh-sungguh dari ummat yang mengaku beragama. Di mata surat ini, pendusta agama adalah orang yang menghardik anak yatim dan tidak mengajurkan memberi makan orang miskin. Pernyataan Allah yang begitu tegasnya untuk menegasi bahwa kekurangan perhatian pada orang-orang “tak berdaya” dan membiarkan orang miskin berada dalam kemiskinan adalah PENDUSTA AGAMA.
Maka celakalah buat orang-orang yang shalat, yang lalai dalam shalatnya, berbuat riya dan enggan menolong dengan barang yang berguna.
Beragama dalam surah Al-Ma’un tidak hanya kesalehan dan ketakwaan. Beragama dan melakukan amalan ritual-ritual agama tidak menjadikan seseorang boleh dipercaya dan membawa amanah. Wacana besar yang dibawa surah ini menunjukkan bahwa dikalangan orang beragama itu “ada pendusta agama”. Orang yang rajin ke Mekah dan bersolat pun boleh menjadi pendusta agama. Ritual agama yang dilakukannya merupakan manipulasi semata untuk mengkhianati agama .
Surah Al-Ma’un ini menekankan, betapa pentingnya keterlibatan sosial dan pembelaan sosial kepada masyarakat miskin, minoriti, dan pentingya membela ketidakadilan dan menjustifikasi gerakan-gerakan sosial. Jelas sekali bahwa surat ini memberikan petunjuk bahwa amalan kerohanian tidak bermakna tanpa amalan sosial.